MENGAPA KITA BER-THORIQOH

Sebagai orang Islam, kita meyakini bahwa kita harus melalui tahap iman, Islam, dan ihsan. Setelah kita beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana kita ucapkan dalam syahadat kita aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah kita juga beriman kepada para malaikat, kepada para rasul dan nabi, kepada hari kiamat, dan beriman terhadap takdir.

Sebagai orang Islam, kita juga harus mengetahui serta mengerjakan syariah, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji; juga mengikuti apa yang diperintahkan Allah SWT serta menghindari apa yang dilarang­Nya. Kalau kita shalat, kita harus mengikuti rukun dan syaratnya. Seperti wudhu, pakaian yang bersih, menghadap kiblat, dan melakukan semua rukun dan syarat shalat lainnya.

Kewajiban itu, kalau sudah dikerjakan, urusannya sudah selesai. Kewajiban shalat­nya, misalnya, sudah ditunaikan. Namun tim­bul pertanyaan: Untuk apa shalat itu?

Kita mendapatkan jawabannya dalam ta­rekat. Sebab tarekat itu menyingkap makrifat di balik ibadah syariat. Contohnya pengetahuan di balik ibadah shalat, atau lebih luas lagi pengetahuan di balik syariat Islam.

Seharusnya, orang yang ingin bertarekat, sudah mafhum dalam hal syariat. Kalau sudah mengetahui syariat dengan baik, jalan selanjutnya baru tarekat. Dalam perjalanan waktu dia mempelajari syariat, bisa saja muncul pertanyaan: Mengapa kita harus shalat, puasa, dan lainnya? Dia ingin menge­tahui apa yang ada di balik ibadah yang dia lakukan.

Saat seseorang sudah perlu kepada haki­kat dan makrifat, yaitu pengetahuan di balik syariat Islam, saat itulah dia masuk tarekat. Dan kalau pengetahuan itu dianggap wajib diperolehnya, dia juga wajib memasuki ta­rekat. Jadi, tarekat sebenarnya bukan se­kadar orang membaca wirid, tetapi yang lebih panting adalah mendapatkan penge­tahuan terhadap ibadah-ibadah yang kita lakukan. Wirid dan lainnya sekadar latihan dan ketekunan, supaya lebih dekat ke­pada Allah, Dzat Yang Memberikan Penge­tahuan Makrifat kepada manusia.

Manusia harus menyadari atau menge­tahui secara mendasar bahwa dia adalah makhluk (yang diciptakan) oleh Khaliq (Pen­cipta, Allah). Hubungannya dengan pertanyaan: Mengapa kita melakukan shalat? Karena, selain itu sebagai perintah Allah, dalam shalat itu kita mengetahui (makrifat) bahwa diri kita makhluk. Sudah menjadi ke­wajiban seorang makhluk menyembah, mengabdi, dan tunduk kepada Pencipta­nya.

Inti shalat adalah doa. Jadi, orang yang berdoa kepada Allah, menyadari bahwa dirinya makhluk, yang lemah dan butuh per­tolongan serta lindungan dari Allah, sebagai Dzat Yang Maha Memberi Pertolongan dan Perlindungan.

Hanya saja, manusia memiliki sifat lupa (ghaflah). Maka shalat dan ibadah lainnya, seperti wirid dan dzikir, serta latihan lainnya, bertujuan untuk terus mengingatkan kepada manusia akan hakikat dirinya, sebagal makh­luk, yang diciptakan oleh Khaliq. Dengan be­gitu, semua ibadah yang dilakukan akan dilaksanakan dengan ikhlas, sebab semua lillahi ta’ala, hanya untuk Allah Ta’ala. Bukan karena alasan untuk harta benda, kekuasa­an, atau kepentingan duniawi lainnya.

Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, (Pekalongan)

Ra’is Am Idarah ‘aliyyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah

DEFINISI DAN ARTI THORIQOH

Definisi dan Arti Thorîqoh

Oleh: Naufal bin Muhammad Alaydrus

Secara bahasa tharîqah (tarekat) dapat berarti jalan, metode, sistem, cara, perjalanan, aturan hidup, lintasan, garis, pemimpin sebuah suku dan sarana.

Tharîqah dalam arti jalan, dapat kita temukan di dalam beberapa ayat Al-Qurân, di antaranya adalah wahyu Allâh berikut:

وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ َلأَسْقَيْنَاهُمْ مَآءً غَدَقًا

Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). (Al-Jin, 72:16)

وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُوْنَ وَمِنَّا دُوْنَ ذلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (Al-Jin, 72:11)

نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَقُوْلُوْنَ إِذْ يَقُوْلُ أَمْثَلُهُمْ طَرِيْقَةً إِنْ لَبِثْتُمْ إِلاَّ يَوْمًا

Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika berkata orang yang paling lurus jalannya di antara mereka: “Kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah sehari saja”. (Thâhâ, 20:104)

وَلَقَدْ خَلَقْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعَ طَرَائِقَ وَمَا كُنَّا عَنِ الْخَلْقِ غَافِلِيْنَ

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit). dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami).

(Al-Mukminûn, 23:17)

Menurut ‘Abdurrazzâq Al-Kâsyânî, tharîqah adalah jalan khusus yang ditempuh oleh para Sâlik dalam perjalanan mereka menuju Allâh, yaitu dengan melewati jenjang-jenjang tertentu dan meningkat dari satu maqâm ke maqâm yang lain.

Dalam bukunya yang berjudul Al-Kibrîtul Ahmar wal Iksîrul Akbar Habîb ‘Abdullâh bin Abû Bakar Al-‘Aidarûs radhiyallâhu ‘anhu menyebutkan:

Menurut para sufi, syariat adalah ibarat sebuah kapal, tarekat (tharîqah) adalah lautnya dan hakikat (haqîqah) adalah permata yang berada di dalamnya. Barang siapa menginginkan permata, maka dia harus naik kapal kemudian menyelam lautan, hingga memperoleh permata tersebut.

Kewajiban pertama penuntut ilmu adalah mempelajari syariat. Yang dimaksud dengan syariat adalah semua perintah Allâh dan Rasul-Nya shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wasallam, seperti wudhu, shalat, puasa, zakat, haji, mencari yang halal, meninggalkan yang haram dan berbagai perintah serta larangan lainnya. Seyogyanya seorang hamba menghiasi lahirnya dengan pakaian syariat hingga cahaya syariat tersebut bersinar dalam hatinya dan kegelapan insâniyyah sirna dari hatinya. Akhirnya dia dapat menempuh tarekat dan cahaya tersebut dapat selalu bersemayam dalam hatinya.

Tarekat (tharîqah) adalah pelaksanaan takwa dan segala sesuatu yang dapat mendekatkanmu kepada Allâh, seperti usaha untuk melewati berbagai jenjang dan maqâm. Setiap maqâm memiliki tarekat tersendiri.

Setiap guru sufi memiliki tarekat yang berbeda. Setiap guru akan menetapkan tarekatnya sesuai maqâm dan hâl-nya masing-masing. Di antara mereka ada yang tarekatnya duduk mendidik masyarakat. Ada yang tarekatnya banyak membaca wirid dan mengerjakan shalat sunah, puasa sunah dan berbagai ibadah lainnya. Ada yang tarekatnya melayani masyarakat, seperti memikul kayu bakar atau rumput serta menjualnya ke pasar dan kemudian hasilnya ia dermakan. Setiap guru memilih tarekatnya sendiri.

Adapun hakikat adalah sampainya seseorang ke tujuan dan penyaksian cahaya tajallî, sebagaimana ucapan Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wasallam kepada Hâritsah, “Setiap kebenaran ada hakikatnya, lalu apakah hakikat keimananmu?” Hâritsah menjawab, “Aku palingkan diriku dari dunia sehingga batu dan lumpur, emas maupun perak, sama saja bagiku. Di siang hari aku berpuasa, sedangkan di malam hari aku bergadang (shalat malam).”

Keteguhan Hâritsah dalam memegang agama Allâh serta menjalankan perintah-Nya adalah syariat. Kehati-hatian dan semangatnya untuk beribadah (bergadang) di malam hari, haus di siang hari dan berpaling dari segala keinginan nafsu adalah tarekat. Sedangkan tersingkapnya berbagai keadaan akhirat kepada Hâritsah adalah hakikat.

Dalam sebuah kajian di kota Solo, Jawa Tengah, Habîb ‘Umar bin Muhammad bin Sâlim bin Hafidz, telah menjelaskan sejarah terbentuknya tharîqah tersebut. Berikut saduran ceramah ilmiah beliau:

Jika berbicara tentang tharîqah berarti kita sedang membicarakan inti sari dan ruh Islam serta tujuan akhir seorang Muslim di dalam hubungannya dengan Allâh Subhânahu Wa Ta’âlâ.

Sebelum membahas lebih jauh permasalahan ini, pertama-tama kita harus mengetahui bahwa wahyu yang diturunkan Allâh kepada Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wasallam berisi hukum-hukum yang berhubungan dengan jasmani dan hukum-hukum yang berhubungan dengan permasalahan hati; bagaimana kondisi hatinya terhadap Allâh di saat dia beramal.

Hukum-hukum yang berhubungan dengan perbuatan anggota tubuh ini selanjutnya dikenal dengan nama fiqih atau fiqhudh dhâhir. Sedangkan hukum-hukum yang berhubungan dengan sifat-sifat hati, selanjutnya disebut fiqhul Bâthin, yang oleh sebagian besar umat Islam dikenal dengan nama tasawuf.

Ayat-ayat yang membahas perbuatan anggota tubuh melahirkan beberapa madzhab dalam ilmu fiqih. Sedangkan ayat-ayat yang membahas berbagai permasalahan hati serta metode penyucian hati, melahirkan sejumlah tharîqah dalam tasawuf.

Sebenarnya dalil atau landasan pendirian madzhab dan tharîqah tersebut sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wasallam.

Pada saat itu, para sahabat menerima seruan dakwah Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wasallam dengan hati yang suci dari gejolak nafsu, bersih dari berbagai keinginan duniawi, serta kosong dari tujuan-tujuan yang tidak benar dan berbagai sifat tercela.

Setiap saat mereka berusaha memperkuat pondasi tauhid yang terdapat di dalam hatinya dengan mengerjakan berbagai ibadah, seperti shalat, doa dan berbagai amal saleh lain yang diajarkan oleh Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wasallam. Kita pun menyaksikan bagaimana mereka berijtihad di hadapan Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wasallam tentang sebuah persoalan dan Rasul membenarkan kedua ijtihad tersebut. Kita juga melihat, ada sahabat yang menjadikan puasa sunah sebagai ibadah pokoknya, ada pula yang menjadikan shalat malam sebagai ibadah pokoknya dan ada pula yang berlama-lama ketika sujud dengan memperbanyak doa yang diajarkan Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wasallam diberbagai kesempatan sebagai ibadah pokoknya. Kondisi-kondisi semacam inilah yang menjadi landasan munculnya berbagai madzhab dalam fiqih dan tharîqah dalam tasawuf.

Setelah agama Allâh (Islam) tersebar luas di bumi Allâh, sebagaimana telah dijanjikan oleh Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wasallam, maka tersebar pula ilmu-ilmu fiqih yang menjelaskan berbagai hukum dhâhir dan ilmu-ilmu tasawuf yang menjelaskan metode mengolah hati menjadi ihsân, yaitu senantiasa memperhatikan bagaiman hubungan hati dengan Allâh yang Maha Penyayang dan Maha Mulia. Dalam kondisi semacam ini di tengah-tengah masyarakat tumbuh berbagai madzhab dan tharîqah tersebut.

Dari pemaparan di atas dapat kita simpulkan bahwa tharîqah adalah sebuah metode atau sistem khusus yang digunakan oleh seseorang dalam menempuh jalan menuju Allâh.

 

ALIRAN-ALIRAN THORIQOH

ALIRAN-ALIRAN THARIQAH

 

Sejak awal kemunculannya, thariqah terus mengalami perkembangan dan penyebarluasan ke berbagai negeri, sejalan dengan tumbuh dan berkembangnya aliran-aliran di dalam thariqah. Dalam kitab Dairatul Ma’arif Al-Islamiyah disebutkan ada 163 aliran thariqah, yang salah satu di antaranya mempunyai 17 cabang. Sementara Syaikh Muhammad Taufiq Al-Bakry dalam kitabnya Baitus-Shiddiq, menyebutkan aliran-aliran thariqah di dunia Islam, (yang lama dan yang baru) kurang lebih sekitar 124 aliran thariqah.

Dari sekian banyak aliran tersebut, oleh Jam’iyah Ahli Al Thariqah Al ­Mu’tabaroh An-Nahdliyah dikelompokkan menjadi mu’tabaroh dan ghoi’ru mu’tabaroh. Yang dimaksud Thariqah Mu’tabaroh adalah aliran thariqah yang memiliki sanad yang muttashil (bersambung) sampai kepada Rasulullah SAW. Beliau menerima dari Malaikat Jibril AS. Dan Malaikat Jibril AS dari Allah SWT. Sehingga dapat diikuti dan dikembangkan, yang jumlahnya – menurut Rais ‘Am, Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya ada-43 aliran thariqah. Sedang Thariqah Ghairu Mu’tabarah adalah aliran thariqah yang tidak memiliki kriteria seperti tersebut diatas, dan jumlahnya adalah sisanya yang ada.

Adapun aliran – aliran thariqah yang dinilai mu’tabaroh itu adalah sebagai berikut;

1. ‘Abbasiyah,                                                  22. Ahmadiyah,

2. Akbariyah,                                                    23. ‘Alawiyah,

3. Baerumiyah,                                                 24. Bakdasyiyah,

4. Bakriyah                                                       25. Bayumiyah,

5. Buhuriyah,                                                   26. Dasuqiyah,

6. Ghoibiyah,                                                    27. Ghozaliyah,

7. Haddadiyah,                                                 28. Hamzawiyah,

8. Idrisiyah,                                                      29. ‘Idrusiyah,

9. ‘Isawiyah,                                                    30. Jalwatiyah,

10. Justiyah,                                                    31. Kal-syaniyah,

11. Khodliriyah,                                                32. Kholwatiyah,

12. Kholidiyah wan-Naqsyabandiyah,              33. Kubrowiyah,

13. Madbuliyah,                                               34. Malamiyah,

14. Maulawiyah,                                               35. Qodiriyah wan-Naqsyabandiyah,

15. Rifa’iyah                                                     36. Rumiyah,

16. Sa’diyah,                                                    37. Samaniyah,

17. Sumbuliyah,                                               38. Sya’baniyah,

18. Syadzaliyah,                                              39. Syathoriyah,

19. Syuhrowiyah,                                             40. Tijaniyah,

20. ‘Umariyah,                                                  41. ‘Usyaqiyah,

21. ‘Utsmaniyah,                                              42. Uwaisiyah dan 43. Zainiyah.

Dalam buku ini tidak akan dijelaskan semua aliran thariqah tersebut, tetapi hanya sebagian kecil saja, yang dipandang lebih awal kemunculannya dan banyak penganutnya di dunia Islam, itu pun hanya sekilas dan secara singkat garis besarnya saja.

 

TANYA JAWAB AJARAN THORIQOH

AJARAN – AJARAN THORIKOH

Pertanyaan :1. Apakah landasan pokok ajaran yang di ajarkan Thoriqoh itu ?

Jawab             : Landasan pokok ajaran yang di ajarkan thorikoh untuk yang pertama Adalah   Al-Qur’an :

  1. Tersebut dalam surat Al. Jin ayat ; 16 yang artinya : “Dan bahwasannya jikalau mereka tetap berjalan lurus dengan dawam diatas jalan Allah SWT.                                     (Thorikoh) pasti kami (Allah) akan memberi minuman kepada mereka air segar (riziki yang banyak)”.

Keterangan:

Menurut tafsier Showie juz 4 halaman 216, bahwa ayat tersebut                                          mempunyai isaroh sebagai berikut ; “Dan sesungguhnya hamba Allah SWT. Itu apabila istiqomah olehnya menjalankan dan mengerjakan Thoriqoh  dengan cinta mendambakan (membiasakan) wirit, dzikir, muroqobah, musyahadah dan menjalankan beberapa sifat mahmudat serta meninggalkan beberapa sifat madzmumat yang semua tadi karena hanya bertujuan mohon ridlo Allah , maka Allah pasti memenuhi hati mereka dengan asror dan ma’ rifat Ilahiyah serta mahabbah lil-Lah yang menjadi sebab hidupnya beberapa ruh “.

  1. Tersebut dalam Surat Yunus ayat ; 57. Yang artinya : “ Wahai manusia, ingatlah! sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan –mu dan penyembuh / obat bagi penyakit-penyakit yang terdapat didalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman “.

Keterangan :

Menurut Tafsier Showie juz 2 halaman 164 bahwa, yang di maksud sebagai berikut :

1. Mau’idloh              (pelajaran ) adalah Syari’at.

2. Syifa’                     (penyembuh) adalah thoriqoh.

3 huda wa-rohmah     (petunjuk dan rahmat) Haqiqoh.

  1. Tersebut dalam surat Al-Ahzb ayat ;41-42 , yang artinya : “ Wahai sekalian orang-orang yang beriman , ingatlah Allah sebanyak-banyaknya dan bersholawatlah, yang mana sholat itu mengandung bacaan tasbih, baik di waktu pagi hari maupun sore hari .

Keterangan:

Ayat tersebut diatas dengan jelas perintah kepada para Mu’min agar benar-benar ber –dzikir kepada Allah SWT. Dengan dzikir sebanyak- banyaknya, baik di waktu pagi maupun di sore hari. Maka melaksanakan hal ini yang  paling tepat dan agar dapat istiqomah adalah lewat Thriqoh. Dikarenakan apabila sudah baeat akan mempunyai rasa tanggung jawab sehingga tidak akan mudah meninggalkan.nya. demikian agar kita selalu mendapat hidayah dan taufiq serta ‘inayah dari Allah SWT. Sehingga kita sadar dan menyadari atas hal tersebut.

  1. Tersebut dalam Surat An-Nisa ‘ ayat ;103 yang artinya : “Apabila kamu semua telah selesai mengerjakan sholat maka ingatlah kepada Allah (baik) di waktu berdiri, diwaktu duduk, dan diwaktu berbaring”.
  2. Tersebut dalam Surat Ar-Ro’d ayat;28 yang artinya : “orang-orang mu’min hatinya tentram karena mengingat Alah . Ingatlah !, karena dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”.
  3. Tersebut dalam Surat Al-Ahzab Ayat;35 yang artinya : “Maka bagi pria yang banyak dzikir kepada Allah dan bagi perempuan yang banyak dzikir kepada Allah disediakan ampunan dan pahala yang besar oleh Allah”.
  4. Tersebut dalam Surat Al-Baqoroh Ayat ;152 yang artinya: Maka ingatlah kamu Kepada-Ku (Allah) maka Aku (Allah ) ingat pula kepadamu, (maksudnya: Allah memberi pahala atas dzikir tersebut).
  5. Tersebut dalam Surat Ad-Dahar ayat 25 yang artinya : Dan sebutlah nama tuhanmu pada waktu pagi dan waktu petang.
  6. Tersebut dalam Surat Thoha ayat 124 yang artinya : Barang siapa yang tidak mau mengingat Aku (Allah) maka dia akan mendapat kehidupan yang sulit dan  kelak  di hari kiamat  (di akhirat) akan Ku kumpulkan dengan orang-orang yang buta .

Jawab              : * Landasan yang kedua adalah Al-Hadits, yaitu :

  1. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Mas’ud di dalam menerangkan dekatnya Rosulullah SAW. yang artinya;”Ketika para sohabat R.A  mendengar pisahnya dengan beliau Rosulullah  SAW. dari dunia ini , maka mereka menjerit dan menangis seraya mereka berkata: Wahai Rosulullah SAW, Engkau utusan kepada kita dan mengukuhkan perkumpulan kita dan menjadi pusat urusan-urusan kita, ketika Engkau meninggalkan kita, maka siapa kita kembali ?. Jawab “Beliau Rosulullah SAW.” Aku telah meninggalkan untuk kamu sekalian 2(dua) pusaka yaitu:
  2.                                                                 1.   Al-Mahajjah , yakni syari’at islammiah.
  3.                                                                 2.   Ath-Thoriqotil-Baidlo’ yakni Thoriqoh yang bersih yang muttasil sanadnya bi – Rosulillah SAW.

Dan Aku (Nabi Muhammad .) telah meninggalkan pula untukmu 2 petunjuk yaitu :

  1.                                                               1.     Petunjuk yang dapat berbicara yaitu Al-Qur’an.
  2.                                                               2.      Petunjuk yang tidak dapat berbicara yaitu maut.

Apabila ada sesuatu hal yang menyulitkan atas dirimu, maka kembalilah kamu kepada Al-Qur’an dan Al-hadits, dan ketika keras hatimu yakni tidak bisa menerima nasehat, Maka lemaskanlah dengan memikir-mikir tentang hal-ihwalnya orang yang meninggal.

  1. Sebagaimana Hadits yang artinya:

Bahwa shohabat ‘Ali KW. Mohon keterangan kepada Rosulillah SAW. Wahai Rosulillah ! tunjukkanlah aku jalan yang dekat Kepada Allah SWT. Yang mudah untuk dijalani / dikerjakan hamba-hamba Allah . yang utama disisi Allah SWT. Maka Rosulullah menjawab: “ialah dzikir kepada Allah, karena tidak akan datang hari qiamat selama dimuka bumi masih ada yang Dzikir kepada Allah (baik diucapkan dengan lisan atau dengan gerakan hati).

  1.  Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh shohabat Jabir bin Abdullah RA. Beliau Berkata:Saya dengar Rosulullah SAW. Bersabda : Paling utama utamanya dzikir ialah Membaca kalimat LAAILAAHAILLALLOH.
  2. Sebagaimana hadits yang diceritakan dari Shohabat Abi-huraeroh RA. Beliau berkata : Saya matur kepada Rosulillah SAW. Wahai Rosulillah! Siapakah orang yang paling utama mendapatkan pertolongan –Mu ? rosululloh menjawab;   “Orang yang paling pertama mendapatkan pertolongan – Ku ialah orang yang ahli Dzikir kalimat : LAAILAAHAILLALLOH dengan ikhlas hatinya”.
  3.  Sebagai Hadits yang diriwayatkan olih Imam Muslim, Imam Nasai,Imam Bazzar, yang artinya : Rosululloh bersabda: (wahai  para Shohabat ) ! apakah kalian mau saya beri keterangan tentang amal per buatan yang lebih baik untuk kamu sekalian dan lebih bersih/bagus disisi Allah SWT . Dan lebih unggul didalam derajat kamu sekalian dari pada mendermakan emas dan perak , dan lebih bagus untuk kamu dari pada kamu berjuang memukulkan pedang dileher musuh dan para musuh memukulkan pedang dilehermu, kemudian para Shohabat menjawab; hiya mau wahai Rosululloh , Rosululloh bersabda; ialah Dzikir kepada Allah’Azza Wa Jalla.

Pertanyaan      : 2. Dari manakah sumber ajaran thoriqoh itu ?

Jawab               : Dari Kitab- kitab Thoriqoh yang Mu’tabaroh , antara lain seperti : ihyak  “Ulumuddin, tan wirul –Qulub , jami’ul-Ushul, Majmu’atul-Kholidiyyah wan-Naqsyabandiyyah , Al-futuhatur- robaniyyah , Umdatus-Salik fi- Khoiril- masalik ,Al-Minahus –Saniyyah, Bahjatul Asror , Ar-rosyajat, An-Nafahat dan lain   Sebagainya

Pertanyaan     : 3. Minta dijelas kan tentang pokok-pokok ajaran dalam Thoriqoh Al-Mu’tabaro Annahdliyyah mengenai ‘aqidah dan ‘ubudiyyahnya, demikian juga mengenai:

.          Tujuan dari ajaran-ajarannya.

.          Methode pengajaran/pendidikan.

.      Tempat-tempat pendidikan.

.        Tenaga-tenaga pengajarnya dan.

.          Amalan-amalan yang besifat praktis

Jawab              :   ‘Aqidahnya Al-Maturidiyyah dan Al-‘Asya’ariyyah, ‘Ubudiyyahnya Ahlissunah Wal Jamaah ‘ala Ahadi Madzahibil Arba’ah dan disempurnakan dengan aurod-aurod tertemtu. Adapun jawaban (a) sampai (e) adalah sebagai berikut :

.                 At-Takholi Wat-Tahali ( menjauhi sifat tercela dan memakai sifat yang terpuji)

.               Mentalqin murid menurut kemampuannya masing-masing.

.             Bertempat di masjid / pondok Kholwat dlsb.

.               Guru Mursyid dan badal-badalnya (Imam Khusus)

.                Amalan-amalan yang baik dan manfaat bagi nusa, bangsa dan agama terutama yang maslahah bagi pembangunan yang dianjurkan oleh pemerintah.

Pertanyaan     :4. Bagaimana tanggapan atas ajaran-ajaran taersebut dari pihak kalangan luar ahli Thoriqoh?

J a w a b            :    Baik.

Pertanyan        :5.Benarkah ajaran-ajaran Thoriqoh bersifat tertutup, hanya khusus untuk kalangan anggota-   anggota thoriqoh saja ?

Jawab       :  Kalau ajaran syariatnya bersifat umum, akan tetapi ajaran Thoriqohnya bersifat khusus. {Keterangan di kutip dari kitab Majmu’atul Kholidiyyah wan-Naqsyabandiyyah}, halaman : 6, ialah hadits yang diriwayatkan oleh sanad bin Aus dan ‘ubadah bin Shomit RA. Kedua-duanya mengatakan : Kita ada pada rosulillah SAW. Kemudian rosulullah bertanya, apakah diantara kamu sekalian ada orang lain ? (Wong Monco) kita menjawab, tidak ada wahai Rosulullah, kemudian Rosulullah manyuruh agar supaya pintu di kancing, kemudian Rasullulah bersabda: Angkatlah kedua tanganmu dan acapkan kalimat LAAILAAHAILLALLOH.

Penjelasan:

Hadis tersebut diatas mangisyaratkan dengan tidak diperbolehkannya orang lain (bukan anggota Thoriqoh) masuk pada waktu talqin dan dzikir.

Pertanyaan   :6. Apakah bapak yakin bahwa ajaran-ajaran tersebut tidak bertentangan dengan syari’at dan Aqidah Islamiyyah serta pernah di jalankan oleh Rosulullah SAW?

Jawab Yakin, bahwa ajaran-ajaran Thoriqoh Al-Muhtabaroh Annahdliyyah tidak bertentangan      dengan syari’ah dan Aqidah Islamiyyah dan pernah dijalaankan Rosulullah SAW. sebagaimana keterangan Al-Quran dan hadist-hadist tersebut di atas.

KEMUNGKINAN ADANYA HUBUNGAN ANTARA

THORIQOH DAN KEBATINAN

Pertanyaan :7.Benarkah Thoriqoh merupakan aliran tashawuf (mistik Islam)

Jawab Benar bahwa Thoriqoh merupakan tashawuf, akan tetapi bukan mistik/klenik, bahkan    tashawufnya As-Syalafis Sholihin seperti yang diterangkan dalam kitab Ihyak’Ulumudin.

Keterangan:

“Adapun yang dinamakan tashawuf ialah: ilmu yang untuk mengetahui pokok-pokok yang menyebabkan baiknya hati sanubari dan anggota dzohir dengan mensucikan hati dari selain Allah SWT dan membilang rendah selain Allah, dengan ta’dim kepada Allah serta mengamalkan adab-adab Syari’at Islaamiyyah dzohiriyyah dan bathiniyyah”. {Dikutib dari Kitab Tanwirul-Qulub halaman : 427}

Pertanyaan      :8. Daapatkah Thoriqoh disejajarkan dengan mistik kejawen?

Jawab :    Tidak dapat sama sekali.

Pertanyaan :9. Mohon dijelaskan tentang hubungan Syari’at ,Thoriqoh, dan Hakekat, serta   Ma’rifat?

Jawab hubungan Syari’at, Thoriqoh, Hakikat dan Ma’rifat itu sangat erat sekali, karena perumpamaannya sebagai lautan serta hakikat sebagai mutiaranya. Barang siapa mengambil mutiara harus menaiki kapal, kemudian berselam di dalam lautan untuk mengambil mutiara tersebut.

Catatan:

  1.                                                     1.    Yang dimaksud Syari’at (menurut ahli Tashawuf) ialah melaksanakan agama Allah (Agama Islam) beserta mengetahui hukum-hukumnya, dengan istiqomah mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
  2.                                                     2.    Yang dinamakan Thoriqoh adalah : ilmu yang untuk mengetahui hal-ihwalnya nafsu dan sifat-sifatnya, mana yang tercela (menurut pandangan Agama Islam) harus di jauhi atau di tinggalkan dan mana yang terpuji (juga menurut pandangan Syari’at Islam) di amalkan.
  3.                                                     3.    Yang dinamakan Hakikat adalah : sampainya Salik kepada apa yang dimaksud sehingga ia dapat melihat Nur-Tajally dangan terang di dalam hati nuraninya atau maqom musyahadah.
  4.                                                     4.    Ma’rifat, adapun maksudnya disini ada 4 (empat) yakni:

.      Ma’rifat Nafsuhu (tahu diri) maksudnya ialah : bahwa ia sebagai hamba Allah maka harus mau beribadah kepada-Nya dan merasa hina dihadapan-Nya.

.     Ma’rifat Robbahu (tahu Tuhannya) maksudnya ialah : bahwa Allah sebagai Khaliqnya yang wajib di sembah dan di agungkan serta segala sesuatu adalah terletak di dalam kekuasaan Allah.

.  Ma’rifat Dunya (tahu dunia/benda) maksudnya ialah : bahwa dunia ini tidak kekal pasti hancur maka tidak harus di cintai dan harus mau zuhud.

.     Ma’rifat Akhirat (tahu akhirat) maksudnya ialah : bahwa akhirat itu kekal dan abadi maka harus berusaha amal yang baik untuk akhirat kelak dan harus selalu merasa suka untuk amal baik karena-Nya (Diterangkan dalam Kitab Sirojut Tholibin halaman :88)

Pertanyaan   :10. Apakah yang disebut Arifin dalm Thoriqoh, apakah sama dengan  pengertian orang yang telah sampai pada tingakat Mukso, Nirwana dalam agama Budha?

Jawab               Arifin dalam Thoriqoh adalah : Ulama yang ahli Ma’rifat bil-Lah wabi-shifatihi wa-Af’alihi, tidak Ulama yang hanya pandai di bidang hukum-hukum Agama Allah belaka dan sama sekali tidak sama dengan tingkat Mukso dan Nirwana.{keterangan dikutib dari Kitab I’qodlul-Humam fi-Syarhil Hikam ;juz II hal: 360}.

Pertanyaan   :11. Dapatkah dikatakan bahwa orang yang telah sampai pada tingkatan Ma’rifat sama dengan orang yang sampai pada tingkat manunggaling kawula Gusti dalam mistik kejawen?

Jawab               :       Tidak sama.

Pertanyaan    :12.Dalam ajaran kebatinan didapati istilah-istilah yang hampir sama dengan istilah-istilah yang ada pada Thoriqoh seperti Sholat Daim, dzikir nafi, dan lain-lain, apakah ini berarti Thoriqoh mempunyai hubungan erat dengan kebatinan?

Jawab                Didalam Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah tidak ada istilah-istilah tersebut, yang ada ialah dzikir daim dan dzikir nafi itsbat yakni : LAAILAAHAILLAALLOH. Jadi tidak ada hubungan sama sekali antara Thoriqoh dengan kebatinan, karena Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah mempunyai ciri khusus, yaitu antara lain:

1. Harus muttashil sanadnya kepada Rosullilah SAW.

  1.                                                                    2.                 Harus memakai Syari’at Islamiyyah Ahlus Sunnah wal-Jama’ah ‘ala ahadi madzahibil-arba’ah.
  2.                                                                    3.                 I’tiqodnya Al-Asy’ariyyah dan Al-Maturidiyyah.

 

DASAR-DASAR PEMBENTUKAN MORAL

MENURUT AJARAN THORIQOH

Pertanyan            :13. Apakah ajaran Thoriqoh dapat di pandang sebagai pembentukan moral atau budi perkerti luahur?

Jawab                        :  Iya betul,memang demikian.

Pertanyan            : 14. Bagaimanakah pokok-pokok ajaran moral yang seharusnya menurut ajaran Thoriqoh ?

Jawab                        :    Pokok-pokok ajaran moral yang seharusnya menurut ajaran Thoriqoh antara lain yakni:

  1. Berpegang teguh kepada Al-Qur’anul Karim.
  2. Mengikuti jejak Rosulullah SAW.
  3. Memakan dan minum barang yang halal.
  4. Menjahui dan meninggalkan ma’syiyat.
  5. Taubatan Nashuha darisegala ma’syiyat.
  6. Melaksanakan hak-hak Allah dan menyampaikan hak-hak Adam (hubungan antara manusia).
  7. Dilarang menyakiti orang lain, baik secara dzohir (terang-terangan) maupaun dengan  batin, lebih-lebih menyakiti para Wali, ‘Ulama’ dan orang yang hafal Al-Qur’an, sangat tidak diperbolehkan.{(keterangan di kutib dari kitab Al-Minhus Saniyyah hal : 7 sampaidengan hal 8)}.

Pertanyan            :15. Menurut Thoriqoh, bagaimanakah ajaran moral seharusnya bagi  bangsa Indonesia berhubungan dengan adanya bermacam-macam Agama dan kepercayaan ?

Jawab            :Bagi umat Islam harus menjalankan Makarimil Akhlaq’alal-Islam, wal-Iman wal-Ihsan.

Pertanyan            :16. Apakah ajaran akhlaq budi perkerti dalam Thoriqoh selaras dengan Falsafah Dasar Pancasila ?

J a wa b            :Iya betul selaras, keterangannya sebagai berikut :

  1.                                                          1.           Sila pertama adalah ; Ketuhanan Yang Maha Esa. Jam’iyyah Ahlith-Thooriqoh Al-Mu’tabaroh An-nahdliyyah selalu menganjurkan kepada umat umumnya dan kepada warga Thoriqoh khususnya agar supaya selalu taqwa kepada Allah SWT. Pada waktu kapan saja dan dimana saja baik waktu perkumpulan maupun waktu sendirian . sebagaimana Firman Allah dalam Surat Ali Imron ayat :102 yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya”. Dan Firman Allah dalam Surat Al-a’rof ayat : 59 yang artinya : “Sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain-Nya”. Dan firman Allah dalam Surat Al-Ikhlas ayat : 1 Sampai dengan ayat 4 artinya : Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakan. Dan tidak seorangpun yang setara dengan Dia. Dan masih banyak ayat-ayat yang menerangkan tentang ke-Esa-an Allah.
  2.                                                          2.           Sila kedua adalah Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab. Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah selalu mengajarkan, agar manusia berlaku adil, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayat : 8 yang artinya : “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk tidak adil . berlaku adillah kamu sekalian, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu sekalian kerjakan. Dan firman Allah dalam Surat An-Nisa’ ayat: 135 yang artinya : “Wahai ! orang-orang yang beriman, jadilah kamu sekalian orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, biarpaun kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlagh kamu sekalian mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu sekalian memutar balikkan kata -kata  atau enggan menjadi saksi , maka sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu sekalian kerjakan, adab (sikap saling cinta mencintai) sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Hujarot ayat: 13 yang artinya : “Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu sekalian dari seorang pria dan seorang perempuan dan kami telah menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar supaya kamu sekalian saling kenal-mengenal Sesungguhnya orang yang paling mulya diantara kamu sekalian disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu semua. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha waspada. Dan Hadits  yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim yang artinya : “Nabi besar Muhammad SAW. bersabda: Tidaklah sempurna imam seseorang dari kamu sekalian , sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
  3.                                                          3.           Sila ketiga adalah Persatuan Indonesia. Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah, selalu menganjurkan dan mengajarkan tentang persatuan dan kesatuan , sebagaimana firman Allah dalam Surat Ali Imron  ayat; 103 yang artinya : “ Dan berpegang teguhlah kamu semua kepada tali (Agama) Allah dan janganlah kamu semua bercerai berai. Dan  firman Allah dalam Surat Al-Anfaal ayat : 46 yang artinya :”Dan taatlah kamu semua kepada Allah dan Rosul-Nya dan janganlah kamu semua berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu semua menjadi gentar dan hilang kekuatanmu. Dan Hadist yang diriwayatkan oleh Jabir RA. Yang artinya : “Sebaik-baik manusia adalah yang banyak memberikan manfaat sesama manusia.
  4.                                                          4.           Sila keempat adalah Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah kebijaksanan dalam permusyawaratan perwakilan. Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah  selalu melaksanakan dan mengerjakan dan mengajarkan bermusyawarah dengan bijaksana, sebagaimana firman Allah dalam Surat Ali Imron ayat: 159 yang artinya : “Dan bermusyawarahlah kamu dengan mereka didalam urusan itu.(maksudnya urusan peperangan dan hal-hal duniawiyyah lainnya, seperti politik,ekonomi, kemasyarakatan, dlsb)”. Dan firman Allah dalam Surat Asy-Syuro ayat: 38 yang artinya: “Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka.
  5.                                                          5.           Sila kelima adalah Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jam’iyyah selalu mengajarkan dan melaksakan urusan sosial yang didasari oleh keadilan yang merata, sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat : 90 yang artinya: “Sesungguhmya Allah menyuruh (agar supaya kamu) berlaku adil dan dan berbuat kebaikan (sosial), memberi kepada kaum kerabat (apa yang mereka perlukan) dan melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia mengajarkan kepada kamu agar kamu mengambil pelajaran. Dan firman Allah dalam Surat Al-Ma’arij ayat : 24 sampai 25 yang artinya: “Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu (untuk disedekahkan). Bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta). Dan Hadist yang diriwayatkan oleh Shohabat Abdullah bin Abbas R.A. yang artinya : “Bukanlah (tingkah) orang mu’min , dirinya kenyang sedangkan tetangga disebelahnya sedang kelaparan . dan firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayat:2 yang artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan (sosial) dan taqwa dan jangan tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran. Dan firman Allah dalam Surat Al-Isyro’ ayat :29 yang artinya: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu (pada lehermu dan sebaliknya) janganlah kamu terlalu mengulurkannya, agar kamu tidak menjadi tercela dan menyesal.

Pertanyaan            : 17. Pembentukan Thoriqoh-Thoriqoh yang mempunyai ajaran-ajaran tersendiri, apakah tidak berarti memperbanyak aliran dan memecah belah kesatuan ummat beragama (ummat Islam) ?

J a w a b            :Tidak, karena antara Thoriqoh-Thoriqoh yang Mu’tabaroh dan yang Muttashil sanadnya kepada Rosulullah SAW.itu hanya perbedaan nama-namanya saja, sebagaimana perbedaan nama-nama Masjid, adapun maksud dan tujuannya sama.

Pertanyaan            :18. Mengakui bahwa Thoriqoh iu benar dan mempunyai Silsilah yang Muttashil (sambung-menyambung) sampai kepada Nabi. Apakah itu tidak berarti menganggap bahwa orang-orang diluar thoriqohnya itu adalah orang-orang yang tidak berada dalam jalan yang benar?

J a w a b            :Thoriqoh yang bersilsilah sambung  kepada Rosulullah SAW itu benar dan kalau yang dimaksud diluar Thoriqoh itu syari’at juga benar, karena Thoriqoh itu ma’nal Ihsani dan syari’at itu ma’nal Islami, jadi Thoriqoh itu kenaikan dari syari’at.

Pertanyan            :19. Adakah dalam Thoriqoh ini mengajarkan agar menghargai agama atau kepercayaan yang dianut orang lain ?

J a w a b            :Iya, mengajarkan didalam segi kemanusiaan dan kebangsaan sebagaimana firman Allah dalam Surat Al- Baqoroh ayat:213 yang artinya : “ Sesungguhnya seluruh ummat manusia adalah ummat yang sama. Dan firman Allah dalam Surat Al-A’rof ayat: 199 yang artinya: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah (orang) untuk mengerjakan yang baik , serta berpalinglah engkau dari orang-orng yang bodoh. Dan Hadist yang diriwayatkahn oleh Imam Muslim, bahwa Nabi besar Muhammad SAW bersabda yang artinya: “Jadilah kamu sekalian ummat manusia bersaudara.

Pertanyaan            :20. Semua thoriqoh itu tidak usah ada, cukuplah ajaran-ajarannya diajarkan disekolah Islam atau Masrasah-Madrasah dan pesantren dengan bebas terbuka ?

J a w a b            :Apabila Ilmu Tashawuf yang berisi Akhlaqul Karimah diajarkan di sekolah-sekolah,madrasah-madrasah dan pesantren dengan bebas dan terbuka adalah baik (sebagaimana yang sudah berjalan) , akan tetapi Wadhifah Thoriqohnya tidak setuju diajarkan secara umum dan bebas di madrasah atau di pesantren dan di lain tempat.

Pertanyan            :21. Ada pertanyan bahwa Thoriqoh tidak sesuai dengan zaman pembangunan, karena Thoriqoh hanya mementingkan satu segi  kehidupan akhirat saja ?

J a w a b            :Tidak benar, karena orang-orang Thoriqoh banyak yang maju dalam segala hal kebaikan dan pembangunan, sebagaimana keterangan dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya: “Diriwayatkan dari Abi sa’id Al-Khuduriy dan Hurairoh R.A. sesunggunya keduanya telah sowan (telah menghadap)kepada Rosulullah SAW bahwa Rosulullah telah bersabda : “Tidak berkumpul orang-orang yang ahli dzikir kepada Allah kecuali mereka dikerumui oleh para malaikat (mendapat keamanan dan kesentosaan dari Allah) dan mereka dilimpai rahmat (pembangun ekonomi) dan lagi mereka mendapatkan ketenangan hati (stabilitas uang lebih mantap) dan mereka diingat Allah dihadapan makhluq yang banyak disisi-Nya (mereka tergolong kekasih allah).

Pertanyan            :22. Diantara murid Thoriqoh ada yang mengkultuskan terhadap Guru Mursyidnya dan menganggap bahwa Gurunya itu orang yang paling benar, bagaimana dengan hal tersebut ?

J a w a b            :Anggapan seperti itu tidak benar, yang ada adalah ta’dzimnya murid kepada Guru yang mengajarinya, sebagaimana keterangan dalam Hadist yang artinya: “Ayahmu itu ada tiga, yaitu:

  1.                                                 1.  Ayah yang menyebabkan kelahiranmu.
  2.                                                 2.  Ayah yangmengawinkan kamu dengan anak perempuannya.
  3.                                                 3.  Ayah yang memberi pelajaran kepadamu, dan itulah yang paling utama.

Keterangan dikutip dari kitab khulashotul Maghnam, halaman :102.

Di terangkan pula didalam kitab Al-Futuhatur Robbaniyyah karangan Hadlrotusy-Syekh KH. Muslich bin Abdurrochman, halaman :27 sampai dengan hal 32 tentang adabnya murid kepada Guru, yaitu ada 10 (sepuluh) macam tata cara, yakni:

  1.                                                    1.         Murid harus memunyai I’tikad, sesungguhnya maksud si murid tidak akan berhasil kecuali lantaran dengan Gurunya.
  2.                                                    2.         Murid harus menyerahkan dengan ikhlas dan ridlo atas didikannya Guru serta khidmah kepadanya.
  3.                                                    3.         Apabila terjadi pertentangan antara kehendak murid dan kehendak Guru, maka murid harus meninggalkan kehendaknya sendiri kemudian melaksanakan kehendak Gurunya.
  4.                                                    4.         Murid harus menjahui apa yang tidak disukai Guru dan juga ikut tidak suka  apa yang tidak disukai Gurunya.
  5.                                                    5.         Murid dilarang tergesa-gesa menerangkan hal-hal yang terjadi, sebagaimana mimpi atau pelambang-pelambang, walaupun murid lebih pandai tentang itu.
  6.                                                    6.         Murid harus mempelankan suaranya pada waktu bercakap-cakap dengan Gurunya.
  7.                                                    7.         Apabila murid menghendaki sowan (menghadap) kepada Gurunya harus mencari waktu sebaik-baiknya dan selonggar-longgarnya bagi Gurunya, agar tidak mengganggu kepada Guru dan pada waktu berhadapan harus soopan dan ta’dzim karenaAllah.
  8.                                                    8.         Murid tidak diperbolehkan merahasiakan sir-sirnya ketika matur kepada Guru dan harus secara terang-terangan (tidak boleh bohong).
  9.                                                    9.         Murid tidak diper bolehkan memindah perkataan Guru kepada orang lain kecuali mendapat izin dari Guru tersebut.
  10.                                                   10.       Murid dilarang buruk sangka kepada Gurunya, dilarang mengkrtik, dilarang menjelek-jelekkan, dilarang gasak, dilarang ngundat-ngundat dan dilarang menyinggung kepada Gurunya.

Pertanyaan            :23. Diantara anggota-anggota Thoriqoh dengan amalan-amalannya menyatakan bahwa ia dapat memperoleh daya kekuatan ghoib ?

J a w a b            :Di dalam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah tentang hal itu tidak ada, yang ada yaitu : Ma’nunah atau Karomah, sebab hal ini adalah pemberian Allah Yang Maha Agung AnugrahNya.

Pengertiannya:

●   Ma’unah ialah hal-hal yang menulayani kebiasaan (luar biasa) yang terjadi dari orang mu’min.

●  Karomah ialah hal-hal yang luar biasa yang terjadi dari Waliyulloh.

Pertanyaan            :24. Ada diantara para Ahlith Thoriqoh yang mengatakan telah bisa manunggal dengan Tuhan (Alloh) ?

J a w a b            :Menurut ajaran Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah perkataan tersebut tidak diperbolehkan, karena menjadi fitnah besar bagi kaum muslimin, sebagaimana ceritera Al-halaj. (keterangan dikutib dari kitab Iqodlil Humam juz I halaman 156).

Pertanyan            :25. Bgaimana penganut Thoriqoh tentang loyalisasinya terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta Peraturan-Peraturan Negara ?                          

J a w a b            :Baik dan selalu patuh serta taat melaksanakannya.

Pertanyaan            :26. Bagaimanakah kesediaan Thoriqoh Al-Mu’Tabaroh An-Nahdliyyah terhadap menerima kebudayaan modern?

J a w a b :Menerima baik selama tidak bertentangan atau tidak melanggar hukum-hukum Agama Islam.

BEBERAPA MAS’ALAH AGAMA YANG ADA

SANGKUT PAUTNYA DENGAN THORIQOH

Pertanyaan :27. Wajiblah bagi ummat Islam mengikuti salah satu dari 4 (empat) Madzhab ?

J a w a b :Pada saat sekarang ini, wajib bagi ummat Islam mengikuti salah satu dari 4 (empat) Madzhab yang telah masyhur dan madzhabnya telah di bukukan secara komplit dan sempurna. (keterangan dikutib dari kitab Ahkamul Fuqoha’jilid I halaman :6).

Pertanyaan :28. Apakah menetapi membaca Al-Qur’an, membaca Dalailul Khoirot, mempelajari kitab Kifayatul’Awam itu termasuk Thoriqoh Al- Mu’tabaroh ?

J a w a b :Sudah termasuk . (Ahkamul fuqoha’ jilid I halaman : 74).

Pertanyaan :29. Bolehkan orang awam yang tidak mengerti syarat rukunnya wudlu’dan syarat rukunnya sholat dan sebagainya, mermasuki, Thoriqoh ?

J a w a b :Boleh, apabila mempunyai keyakinan atau perkiraan bahwa sesudah masuk Thoriqoh akan dapat mempelajari pengetahuan Agama, akan tetapi apabila tidak, seperti tersebut dalam soal, maka hukumnya tidak boleh, bahkan lebih dahulu wajib mempelejari dasar-dasar pokok-pokok Agama (Ilmu Ushuluddin) atau ilmu tentang ketauhid-an kemudian baru belajar ilmu cabang-cabangnya (hukum ibadahnya). Keterangan dikutib dari kitab Ahkamul Fuqoha’ jilid  I hal :74.

Pertanyaan :30. Bagaimana tentang Thoriqoh At-Tijaniyyah, apakah Thoriqoh ini mempunyai sanad yang muttasil kepada Rosulullah SAW  atau tidak dan apakah bae’at Barzakiyyah itu dapat dianggap sah sebagai Thoriqoh yang sah dalam Agama Islam, walaupun dilakukan secara sadar (yaqodoh) dan pembae’atannya seorang yang terkenal wali, dan manakah yang lebih utama, Thoriqoh Tijaniyyah-kah atau lainnya ?

J a w a b :Bahwa Thoriqoh At-Tijniyyah itu mempunyai sanad muttasil kepada Rosulillah SAW beserta bae’at Barzakiyyahnya dapat dianggap sebagai Thoriqoh yang sah dalam Islam. Dan semua Thoriqoh yang muttasil sanadnya kepada Rosulillah SAW didalam segi keutamaannya, baik Thoriqoh Tijaniyyah maupun lainnya itu sama. Keterangaan dikutib dari kitab Ahkamul Fuqoha’ jilid I hal : 37.

Pertanyaan :31. Bagaimanakah hukmnya sholat hadiah, yang diselanggarakan oleh keluarga si mayat pada malam pertama dengan mengudang keluarga dan tetangga, sesudah sholat kemudian di hidangkan makanan kemudian bubar ?

J a w a b :Apabila sholat itu sunnah mutlaqoh dan pahalanya dihadiahkan kepada si mayat, maka hukumnya boleh dan menurut suatu pendapat pahala terebut dapat sampai dan bemanfaat kepada si mayat, tetapi apabila sholat tersebut diniatkan sholat hadiah kepada si mayat maka sholat tersebut tidak sah dan hukumnya haram, karena mengerjakan suatu ibadah yang tidak berdasar atau disebut Fasidah. Keterangan dikutib dari kitab Ahkamul Fuqoha’ jilid I hal: 69.

Pertanyaan :32. Bagaimanakah hukumnya mengadakan pesta dan perayaan guna memperingati jin penjaga desa (bahu rekso) untuk mengharapkan kebahagian dan keselamatan serta kadang-kadang terdapat hal-hal yang mungkar. Adapun perayaan tersebut di namakan sedekah bumi yang biasanya dikerjakan penduduk desa kampung karena telah mejadi adat kebiasaan dahulu kala?

J a w a b :Adat kebiasaan sedemikian itu hukumnya haram. Dikutip dari kitab Ahkamul Fuqoha’ Jilid I hal :63.

Pertanyan :33. Apakah boleh bagi murid Thoriqoh Naqsyabandiyyah, umpamanya pindah ke Thoriqoh lain seperti Thoriqoh Sathoriyyah atau lainnya ? dan apakah boleh bagi seorang Ahlith Thoriqoh mengusir orang-orang (selain Ahlith Thoriqoh).dari masjid untuk dipergunakan tawajjuhan (menjalankan wirid) dalam masjid tersebut, atau tidak boleh ?

J a w a b :Adapun pindahnya murid dari suatu Thoriqoh ke Thoriqoh lain itu hukumnya boleh asal dapat mengikuti semua syarat yang ditentukan. Adapun mengusir orang yang Thoriqoh dari masjid, apabila masjid ditentukan waqofnya untuk para Ahlith Thoriqoh atau dengan keridoan orang-orang yang diusir, maka tidak jadi apalah mengusir tersebut, akan tetapi kalau masjid itu tidak ditentukan waqof khusus untuk para Ahlith Thoriqoh dan tidak dengan keridloan orang-orang yang diusir (dikeluarkan dari masjid ) maka hukumnya haram mengusir orang-orang itu. (Ibid. Jilid II hal 43-44).

Pertanyaan :34. Apabila ada orang ingkar (tidak percaya) akan adanya hari kiamat dan tidak percaya adanya perintah-perintah Agama Islam (orang kafir) kemudian dalam akhir umurnya mengucapkan kalimat LAAILAAHAILALLOH apakah dihukumi menjadi orang muslim, ataukah tidak?

J a w a b :Tidak dihukumi mejadi orang muslim, karena tidak membaca SYAHADATAIN, sebab syahadatain adalah syarat diucapkan untuk masuk Agama Islam. (Ibid. jilid II hal:69-70)

 Pertanyaan :35. Bagaimana hukumnya orang yang menjalankan apa yang tersebut dalam Al-Qur’an dan Hadist menurut arti yang tidak sebenarnya, sehingga bertentangan dengan 4 (empat) Madzhab ?

J a w a b :Orang itu tidak benar, sesat dan menyesatkan (Ibid. jilid II hal: 70)

Pertanyaan :36. Bagaimana hukumnya orang yang mengudang tetangganya lalu membaca manaqib syekh Abdul Qodir Al Jailaniy kemudian mengajukan rampatan atau makanan. Bagaimana hukumnya itu ? haramkah, atau sunnah atau makruh !!!

J  a w a b :Adapun membaca manaqibnya para wali itu hukumnya baik, karena dapat mendatangkan mahabbah (kecintaan) terhadap para wali. Adapun memberi makanan itu hukumnya sunnah apabila dimaksud memulyakan tamu, sebagaimana dalam Hadist yang artinya: “Barang siapa yang beriman kepada tamunya”. (Ibid. jilid II hal:72).

Pertanyaan :37. Berapa macam Dzikir yang diamalkan oleh Thoriqoh?…

J  a w a b :Dzikir ada dua macam yaitu:

  1. Dzikir Jahar (Dzikir Nafi Istbat), yaitu mengucapkan kalimat Thoyyibah LAAILAAHAILLOH
  2. Dzikir Khofi (Sirri) yaitu dzikir didalam hati dengan kalimat Alloh, Alloh,Alloh.

Tata cara pengamalannya harus dengan petunjuk Guru Mursyid, bila tanpa gurunya  adalah syaetan. Karena dzikir jahar dan khofi itu adalah membersihkan kotoran atau najis-najis yang ada didalam hati manusia, seperti : Hasud, Ujub, Riyak, Takabur, Ghodob (pemarah), Syahwat sex yang haram, Syahwat makan dan minum yang Mubadzir (yang haram). Ket. Kitab Tuhfatul Ashfiya’ Ilathoriqillauliya’ hal:44,85.

Pertanyaan :38.apakah keputusan kongres ke Ii Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah tentang peringatan wafat atau haul itu termasuk mengikuti sunnah Rosulillah dan Khulafa’ur Rosidin ? apakah keputusan tersebut benar atau tidak ?

J a w a b :Sambil membenarkan keputusan tersebut, maka kebiasaan peringatan wafat (haul) yang berlaku itu mengandung 3 (tiga) persoalan yakni:

  1.                                             1.      Mengadakan ziarah kubur dan tahlil.
    1.                                             2.     Mengadakan hidangan makanan dengan niat shodaqoh kepada Almarhum (kedua-duanya persoalan ini jelas tidak terlarang).
    2.                                             3.     Mengadakan bacaan Al-Qur’an dan nasihat Agama (Ibid. Jilid III hal:41-42).

Pertanyaan :39. Adakah pendapat yang memperbolehkan bahwa Guru Thoriqoh pria berjabat tangan tanpa tutup tangaan dengan murid-murid perempuan lain pada waktu bae’at ?

J a w a b :Tidak seorangpun ‘Ulama’ yang memperbolehkan, kecuali apabila murid perempuan tersebut muhrimnya sendiri (Ibid. Jilid III hal:50)

Prtanyaan :40. Apakah boleh Robithoh dengan fas fotonya Guru Mursyid atau Kholifah ?

J a w a b :Tidak boleh, keterangan dari kitab Tafsir Showie juz ; IV hal;212.keputusan musyawarah besar Jam’iyyah Thoriqoh di Mranggen pada bulan Agustus 1973.

Pertanyaan :41. Bolehkah menambah kalimah Syekh Abdul Qodir Waliyulloh didalam kalimat LAAILAAHAILALLOH MUHAMMADUR ROSULULLOH ?

J a w a b :boleh (jaiz) keputusan Mu’tamar NU. Ke-26 di semarang.

Petanyaan :42. Apakah sholat Tsubutul Imam, sholat taubat, sholat Tasbih, sholat Hajat, sholat Tahajjud, sholat Dhuha. Bisa dilaksanakan dengan berjama’ah ?

J a w a b :Bisa atau boleh bahkan dapat pahala apabila bermaksud mendidik para makmum. Keterangan ada pada kitab I’ana Tuttolibin, juz I hal: 258.

Pertanyaan :43. Lebih baik mana baca Al-Qur’an dan baca Sholawat Nabi di banding dengan baca Dzikir Khofi (Dzikir dalam hati) yang diamalkan oleh orang-orang Thoriqoh ?

J  a w a b :Semua baik karena satu sumber. Hanya Dzikir Khofi (Dzikir dalam hati) bisa di amalkan di mana saja meskipun didalam Toilet.

Pertanyaan :44  a. Apakah orang yang sudah masuk Thoriqoh itu dijamin masuk surga ?

  1. b.    Atau tidak perlu lagi belajar ilmu Syari’at dan Sholat !

J a w a b :      a. Masuk surga Fadlol dan Ridlo dari Allah, bukan dari amalan dan ibadah.

  1. Orang Ahlith Thoriqoh wajib belajar ilmu Syari’at dan mengerjakan Sholat.

Pertanyaan :45. Murid Thoriqoh yang masih mengamalkan Amaliyyah Thoriqohnya, namun tergoda sehingga melanggar dosa besar seperti Berzina, memaki narkoba dan lain-lainnya. Apakah wajib lagi ?

J a w a b :Wajib Talqin (Bae’at) lagi. Ket. Kitab Anwarulqudsiyyah hal:26 119 dan 132.

Surabaya, 08 Agustus 2002

Semoga bermanfaat untuk kita semua

ANNASYIR”

ALFAQIR ILAROBBIHILHADI

KH.M. NOEHAN AFANDI

“pengasuh pondok Pesantren Annahdliyyah”

JALAN MENUJU WUSHUL ILALLAH

a. Melalui Muraqabah.

Petunjuk Al-Qur’an tentang Muraqabah/pendekatan diri kepada Allah SWT. disebutkan dalam Al-Qur’an antara lain :

 

186. dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

(S. Al Baqarah : 186).

 

Ketahuilah wahai saudaraku, Allah SWT selalu mengawasi segala sesuatu, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an S. Al-Ahzab (33) : 52.

 

52. ……………. dan adalah Allah Maha mengawasi segala sesuatu.

 

Hal ini mengandung pelajaran bahwa seseorang selalu merasa diawasi/diintai oleh Allah SWT, karena pada dasarnya Allah adalah sangat dekat dengan hamba-hambanya, sebagaimana petunjuk S. Al-Qof (50) : 16.

 

16. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,

 

Demikian juga petunjuk dari Al-Qur’an dalam S. Al-Hadid (57) : 4.

 

4. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

 

 

Hadis Nabi SAW. juga memberi arahan yakni ketika Nabi menjawab pertanyaan malaikat Jibril tentang Ihsan, beliau menjawab : Hendaklah engkau beribadah kepada Allah se-olah-olah engkau melihat­nya. Apabila engkau tak mampu meli­hat-Nya, yakinlah bahwasanya Allah meli­hatmu.

(HR. Bukhari-Muslim).

 

Kesadaran rohani bahwa Allah SWT. selalu hadir di dalam dan disekitar dirinya akan menjadikan dirinya selalu merasa diawasi segala apa yang dilakukan, bahkan sampai apa yang terlintas dalam hatinya.

 

Banyak kisah dalam dunia sufi Guru dan santrinya yang empat orang itu, satu diantaranya tidak mau menyembelih ayam yang diberikan oleh sang Guru, karena bagi Allah tidak ada suatu yang tersembunyi, Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka luluslah murid tersebut dari ujian yang diberikan gurunya tersebut.

 

Selanjutnya Al-Imam al-Qusairi.rhm berkata : “Barang siapa yang muraqabah dengan Allah dalam hatinya, maka Allah akan memiliharanya dari perbuatan dosa pada anggota tubuhnya. Imam tokoh Sufi Sufyan Sauri.rhm juga berpesan hendaklah engkau melakukan muraqobah terhadap Dzat yang tidak lagi samar terhadap segala sesuatu, hendaklah engkau selalu mengharap raja’ (pengharapan dengan sangat berharap) terhadap Dzat yang memiliki siksa (Abu Bakar Jabir al-Jazairi 1976 : 85).

 

Maka dari uraian diatas dapat dicermati adanya dampak positif muroqobah bagi yang mampu melakukannya, yakni :

q Memiliki rasa malu yang positif.

q Akan senantiasa hati-hati dalam segala ucapan dan perbuatannya.

q Tidak pernah merasa ditinggalkan oleh Allah meski sendirian ataupun kelihatan doanya yang dipanjatkan belum dikabul­kan

q Tidak mudah putus asa apapun nasib yang menimpanya

q Menjadi hamba yang mukhlis sebagai diisyaratkan dalam Al-Qur’an S. Yusuf (12) : 24.

 

24. Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia (Nabi Yusuf) tidak melihat tanda (dari) Tuhannya[*]. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.

 

[*] Ayat ini tidaklah menunjukkan bahwa Nabi Yusuf a.s. punya keinginan yang buruk terhadap wanita itu (Zulaikha), akan tetapi godaan itu demikian besanya sehingga andaikata Nabi Yusuf tidak dikuatkan dengan keimanan kepada Allah s.w.t tentu Dia jatuh ke dalam kemaksiatan. Dan ayat inilah menunjukkan keimanan dari Nabi Yusuf yang kuat dalam melaksanakan Ihsan, merasa dilihat dan diawasi oleh Allah SWT.

 

 

b. Melalui Muhasabah

Muhasabah berarti orang selalu memi­kirkan, memperhatikan dan memperhitung­kan apa saja yang telah dan yang akan di perbuat. Pedomannya dalam S. Al-Hasyr (59) : 18.

 

18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

 

Dari pengertian ini dapat diambil pelajaran bahwa Muhasabah :

 

1. Membuktikan adanya iman dan takwa kepada Allah dalam dirinya dan Allah mengakui hal itu. Bagi ummat Islam, iman merupakan kekuatan yang maha dahsyat untuk memelihara manusia dari nilai-nilai rendah, dan merupakan alat yang menggerakan manusia untuk meningkatkan nilai luhur dan moral yang bersih. Orang yang beriman akan berusaha mengamalkan akhlak yang mulia/mah­mudah, bukan akhlak yang tercela/mazmumah dalam kehidupannya sehari­-hari sehingga orang tersebut akan terhindar dari kejahatan apapun. Itulah gambaran orang bertakwa, bersih dari dosa, dapat mengalahkan tuntutan hawa nafsu.

 

2. Orang yang bermuhasabah, pasti mem­punyai keyakinan akan datangnya Hari Pembalasan (secara khusus) begitu merasuk dalam hatinya sehingga ia merasa pelu sangat hati-hati dalam setiap langkahnya. Dia tidak berani main-main akan larangan Allah SWT.

 

3. Orang tersebut akan selalu berusaha meningkatkan kualitas amalnya, karena ia merasa tak mau merugi dari hari ke hari. Ibaratnya seperti pedagang, se­belum berangkat akan memperhitungkan berapa modalnya, berapa pula ia harus menjual dagangannya, dan setelah selesai akan menghitung lagi berapa hasil uang yang bisa dibawa pulang. Begitu juga dalam hal beragama, modalnya adalah kumpulan kewajiban yang berhasil dikerjakan, sedang labanya adalah amalan-amalan sunnah yang berhasil dikerjakannya.

 

4. Pesan Sayidina Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a : Perhitungkanlah dirimu sendiri sebelum dirimu diperhitungkan. Oleh karena itu sikap hidup muraqobah dan muhasabah merupakan peningkatan ruhaniyah dan mental manusia sehingga benar-benar menjadi hamba Allah yang bertakwa, hidup dalam ketaatan dan terhindar dari maksiat.

 

c. Melalui Dzikir

Dzikir berarti ingat, mengingat, mere­nung, menyebut. Termasuk dalam pengertian dzikir ialah dia, membaca Al-Qur’an, tasbih (mensucikan Allah) tahmid (memuji Allah), takbir (membesarkan Allah) tahlil (men­tauhidkan Allah), istighfar (memohon ampun kepada Allah) hauqalah (membaca lahula wala quwwata illah billahi ‘aliylil ‘adziem) dan lain sebagainya.

 

Ada dzikir yang menyatu dengan ibadah lainnya seperti dengan salat, thawaf, sa’i, wukuf dan lain sebagainya. Dan ada pula dzikir yang dilakukan secara khusus/ter­sendiri diucapkan pada saat-saat tertentu, atau pada, setiap saat. Ada dzikir yang jumlahnya tidak ditentukan oleh syara’, tetapi ada dzikir yang jumlahnya ditentukan oleh syara’ menurut ketentuan Thoriqoh yang bersangkutan, Nabi SAW. sendiri baik dengan pernyataan beliau maupun dengan contoh amalan beliau. Sedang dzikir dalam pengertian ingat atau mengingat Allah, seharusnya dilakukan pada setiap saat. Artinya kegiatan apapun yang dilakukan oleh seorang Muslim hendaknya jangan sampai melupakan Allah SWT.

 

Dimanapun seorang Muslim berada, hendaknya selalu ingat kepada Allah, sehingga melahirkan cinta beramal saleh kepada Allah dan malu berbuat dosa dan maksiat kepada Allah SWT. Dzikir dalam arti menyebut asma Allah yang diamalkan secara rutin, biasanya disebut wind atau jamaknya disebut aurad.

 

Dzikir dalam menyebut asma Allah termasuk ibadah makhdhoh yaitu ibadah langsung kepada Allah SWT. Sebagai ibadah langsung, maka terikat dengan norma-norma ibadah langsung kepada Allah SWT, yaitu mesti ma’sur ada contoh atau ada perintah dari Rasulullah SWT. atau ada izin dari beliau. Artinya jenis dzikir ini tidak boleh dikarang oleh seseorang. Dzikir hanyalah mengingat atau menyebut asma Allah, atau nama-nama Allah atau kalamullah, Al-Qur’an.

Petunjuk Al-Qur’an dan Hadis perihal kegiatan dzikir cukup banyak, antara lain dapat disebutkan :

 

Firman Allah : Ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu.

(S. Al-Baqarah (2) : 152)

 

41. Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.

(S. Al-Ahzab (33) : 41).

 

191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

 

 (Q.S. Ali-Imran : 191).

 

 

205. dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai.

 

(S. Al-A’rof (7) : 205).

 

28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

 (S. Ar-Ra’du (13) : 28).

 

Hadis-hadis Nabi :

Telah berfirman Allah SWT. (dalam suatu hadis Qudsi) : Aku bersama-sama hamba-Ku selama ini mengingat Aku dan bibirnya bergerak menyebut nama-Ku. (HR. Al Baihaqy dan Ibnu Hiban).

 

Tak seorangpun manusia mengerjakan suatu perbuatan yang dapat menjauhkan dari azab Allah SWT. lebih baik dari pada dzikir. Para sahabat bertanya tidak pula jihad fi sabi­lillah, kecuali apabila engkau menghantam musuh dengan pedangmu itu sehingga ia patah, kemudian engkau menghantam lagi dengan pedangmu sehingga ia patah, ke­mudian menghantam lagi dengan pedangmu sehingga ia patah. (HR. Ibn Abi Syaibah dalam Al Musshanaf).

 

 

Rasulullah SAW. pernah ditanya : Amalan apa yang paling afdol ? Jawab beliau : Engkau mati dalam keadaan lidahmu basah karena berdzikir kepada Allah (HR. Ibnu Hiban & Athabrani).

 

Nabi SAW. telah bersabda : Allah SWT. berfirman dalam suatu hadis qudsy : Barang siapa disibukkan dzikir kepada-Ku, sedemikian sehingga tidak sempat memohon sesuatu dari-Ku, maka Aku akan mem­berinya yang terbaik dari apa saja yang Ku berikan kepada para pemohon (HR. Bukhori)

 

Seorang tokoh Shufian Abdul Qosim berkata : Ingat kepada Allah adalah bagian yang sangat kuat untuk menempuh jalan mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Suci. Bahkan sebagai unit/pokok didalam jalan/thoriqah ini (jalan shufiyah). Dan seorang hanya dapat sampai kepada Allah dengan terus menerus ingat kepada Allah (Abul Muhammad Abdulah Al-Yafi’i : Nasrul Mahasin Al-Ghoyah : 247).

 

Perlu disampaikan secara garis besar bahwa praktek dzikir dalam dunia thoriqoh, pelaksanaannya bisa berbeda-beda dalam tehnisnya tergantung ciri dan kepribadian thoriqoh itu sendiri sesuai petunjuk Mursyid­nya.

 

Ulama Thoriqoh membaca jenis dzikir menjadi tiga jenjang :

a. Dzikir lisan : Laa ilaaha Illalah. Mula­mula pelan kemudian bisa naik menjadi cepat setelah merasa meresap dalam diH.

b. Dzikir qalbu (hati) : Allah, Allah.

Mula-mula mulutnya berdzikir diikuti oleh hati, kemudian dari hati ke mulut, lalu lidah berdzikir sendiri, dengan dzikir tanpa sadar, akal pikiran tidak jalan lagi, melainkan terjadi sebagai Ilham yang menjelma Nur Ilahi dalam hati membe­ritahukan : Innany Anal Laahu, yang naik ke mulut mengucapkan Allah, Allah.

c. Dzikir Sir atau Rahasia : Hu Hu. Biasa­nya sebelum sampai ke tingkat dzikir orang itu sudah fana lebih dahulu. Dalam situasi yang demikian perasaan antara diri dengan Dia menjadi satu. Man lam jazuk Lam ya’rif : Barang siapa belum merasakan, maka is belum mengetahui.

 

Adapun juga ulama ahl-Tharigoh yang membagi jenis dzikir menjadi empat macam : Dzikir Qolbiyah, Dzikir Aqliyah, Dzikir Lisan dan Dzikir Amaliyah.

 

Semua tehnis berdzikir itu baik semua. Pada akhirnya terpulang kepada kemampuan kita masing-masing untuk melaksanakan dzikir itu sesuai dengan pilihan Thoriqoh dan petunjuk Mursyid yang bersangkutan selaku murid hanya bisa taat dengan petunjuk gurunya.

 

Demikian uraian singkat kami dalam menyajikan Thoriqoh sebagai jalan- menuju khusnul khatimah, yang semoga merupakan ikhtiar seorang hamba menjadi idaman bagi setiap muslim diakhir hayatnya. Mudah­-mudahan ada manfaatnya. Dan Allah SWT, selalu membimbing dan memberi hidayah kepada kita semua. A

PENGERTIAN THORIQOH

I. Pengetian Thoriqoh.

 

Arti Thoriqoh menurut bahasa adalah jalan atau bisa disebut Madzhab mengetahui adanya jalan, perlu pula mengetahui “cara” melintasi jalan itu agar tidak kesasar/tersesat. Tujuan Thoriqoh adalah mencari kebenaran, maka cara melinta­sinya jalan itu juga harus dengan cara yang benar. Untuk itu harus sudah ada persiapan batin, yakni sikap yang benar. Sikap hati yang demikian tidak akan tampil dengan sendirinya, maka perlu latihan-latihan batin tertentu dengan cara-cara yang tertentu pula.

 

Sekitar abad ke 2 dan ke 3 Hijriyah lahirlah kelompok-kelompok dengan metoda latihan berintikan ajaran “Dzikrullah”. Sumber ajarannya tidak terlepas dari ajaran Rasulullah SAW. Kelompok-kelompok ini kemudian me­namakan dirinya dengan nama “Thoriqoh”, yang berpredikat/bernama sesuai dengan pem­bawa ajaran itu. Maka terdapatlah beberapa nama antara lain :

a. Thoriqoh Qadiriyah, pembawa ajarannya adalah :Syekh Abdul Qodir Jaelani q.s. (Qaddasallahu sirrahu).

b. Thoriqoh Syadzaliyah, pembawa ajarannya : Syekh Abu Hasan As-Syadzali q.s.

c. Thoriqoh Naqsabandiyah : pembawa ajaran­nya : Syekh Baha’uddin An-Naqsabandi q.s.

d. Thoriqoh Rifa’iyah, pembawa ajarannya : Syekh Ahmad bin Abil Hasan Ar-Rifa’ i q.s.

 

dan masih banyak lagi nama-nama Thoriqoh yang sesuai dengan apa yang difirmankan oleh Allah SWT. :

 

Artinya :

“Jika mereka benar-benar istiqomah – (tetap pendirian/terus-menerus diatas Thoriqoh (jalan) itu, sesungguhnya akan Kami beri minum mereka dengan air (hikmah) yang berlimpah-­limpah.

(Q.S. Al-Jin : 16)

 

Dalam pertumbuhannya, para Ulama Thoriqoh berpendapat dari jumlah Thoriqoh yang tersebar di dunia Islam, khususnya di Indonesia, ada Thoriqoh yang Mu’tabaroh (diakui) dan ada pula Thoriqoh Ghairu Mu’tabaroh (tidak diakui keberadaannya/ kesahihannya).

 

Seseorang yang menganut/mengikuti Thoriqoh tertentu dinamai salik (orang yang berjalan) sedang cara yang mereka tempuh menurut cara-cara tertentu dinamakan suluk. Banyak hal-hal yang hams dilakukan oleh seorang salik bila ingin sampai kepada tujuan yang dimaksud.

 

Dalam menempuh jalan (thoriqoh) untuk membuka rahasia dan tersingkapnya dinding (hijab) maka mereka mengadakan kegiatan batin, riyadoh (latihan-latihan) dan mujahadah (perjuangan) keruhaniyan. Perjuangan yang demikian dinamakan suluk, dan orang yang mengerjakan dinamakan “salik“.

 

Maka cukup jelaslah bahwa Thoriqoh itu suatu sistem atau metode untuk menempuh jalan yang pada akhirnya mengenal dan merasakan adanya Tuhan. Dimana seseorang dapat melihat Tuhannya dengan mata hatinya (ainul basiroh), sesuai dengan hadist sebagai berikut :

 

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:

Pada suatu hari, Rasulullah saw. muncul di antara kaum muslimin. Lalu datang seorang laki-laki dan bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Iman itu? Rasulullah saw. menjawab: Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan kepada hari berbangkit. Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, apakah Islam itu? Rasulullah saw. menjawab: Islam adalah engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, mendirikan salat fardu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Ramadan. Orang itu kembali bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Ihsan itu? Rasulullah saw. menjawab: Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu. Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, kapankah hari kiamat itu? Rasulullah saw. menjawab: Orang yang ditanya mengenai masalah ini tidak lebih tahu dari orang yang bertanya. Tetapi akan aku ceritakan tanda-tandanya; Apabila budak perempuan melahirkan anak tuannya, maka itulah satu di antara tandanya. Apabila orang yang miskin papa menjadi pemimpin manusia, maka itu tarmasuk di antara tandanya. Apabila para penggembala domba saling bermegah-megahan dengan gedung. Itulah sebagian dari tanda-tandanya yang lima, yang hanya diketahui oleh Allah. Kemudian Rasulullah saw. membaca firman Allah Taala: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.  {QS Al-Lukman ayat 34} Kemudian orang itu berlalu, maka Rasulullah saw. bersabda: Panggillah ia kembali! Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat seorang pun. Rasulullah saw. bersabda: Ia adalah Jibril, ia datang untuk mengajarkan manusia masalah agama mereka

(HR Bukhari dan Muslim)

 

Hadist tersebut jelas merupakan tujuan bagi semua orang yang mengaku dan menyatakan muslim, tidak hanya sekedar iman dan islam tetapi juga dituntut untuk menjadi jati diri yang ‘ihsan’, dan ath-Thariqoh adalah merupakan jalan yang untuk menggapai derajat ihsan dengan baik sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

 

Hal yang demikian didasarkan pertanyaan Sayidina Ali bin Abi Thalib kepada Rasulullah SAW. Ya Rasulullah, manakah jalan yang paling dekat untuk menuju Tuhan. Jawab Rasulullah : Tidak ada lain, kecuali dengan dzikrullah.

 

Dalam hal ini pun Allah SWT juga menegaskan dalam Firman-Nya di dalam Al-Qur’an Kariim ;

 

28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

(QS Ar-Ra’d ayat 28)

 

 

Dengan demikian jelaslah bahwa jalan yang sedekat-dekatnya mencapai Allah SWT ; merasa dilihat dan diperhatikan, hanya bisa diraih oleh seorang hamba dengan dzikir kepadaNya (Zikrullah), disamping melakukan latihan (riyadoh) lahir-batin seperti yang biasa dilakukan oleh orang-orang Shufi antara lain : Ikhlas, jujur, zuhud, muraqabah, musyahadah, tajarrud, mahabah, cinta kepada Allah SWT. dan lain sebagainya, yang merupakan bentuk dari dzikrullah itu sendiri; para ulama thariqah/tasawuf mendefinisikannya  dalam bentuk dzikrullah Amaliyah.

 

Melihat petunjuk Allah dan Rasulullah SAW tersebut, maka Thoriqah mempunyai dua pengertian :

Pertama : Ia berarti metode bimbingan spiritual kepada individu (per­orangan) dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedeka­tan dengan Tuhan.

Kedua : Thoriqoh sebagai persaudaraan kaum Shufi yang ditandai adanya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.

 

Kedudukan Guru Thoriqoh diperkokoh dengan adanya ajaran wasilah dan silsilah(sanad). Keyakinan berwasilah dengan Guru diper-erat dengan kepercayaan karomah, barokah dan syafa’at atau limpahan pertolongan dari Allah SWT melalui KaruniaNya kepada guru. Kepatuhan murid kepada Guru dalam Thoriqoh digambarkan seperti mayat di tangan orang yang memandikannya.

 

Dengan demikian dapat diambil benang merah bahwa inti Thoriqoh adalah wushul (bertemu) dengan Allah. Jika hendak bertemu, maka jalan yang dapat dipakai bisa bermacam-macam. Ibarat orang mau berpergian menuju Jakarta, kalau orang itu berangkat dari Surabaya ya harus menuju ke barat. Berbeda jika orang itu berangkat dari Medan ya harus berjalan ke timur menuju Jakarta. Ini artinya bahwa Thoriqoh yang ada, terutama di Indonesia mempunyai tujuan yang sama yaitu wushul, kepada Allah SWT.

 

Newer entries »